BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Teori psikoanalisis di kembangkan
oleh sigmun freud yang lahir pada tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal
23 september 1939. Pada usia 8 tahun freud bermimpi untuk mencapai kemashuran
melalui berbagai penemuan atau penelitian. Untuk maksud tersebut freud mencoba
membedah 400 belut jantan, untuk meneliti apakah mereka mempunya testes,
penelitian ini belum membuat dia terkenal akhirnya daia mengalihkan
perhatiannya pada manuasia.
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas
kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai
seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti
rasa takut yang irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan
masalah-masalah mental freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan
psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup
lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang
telah di tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan
terutama dalam hal-hal berikut :
Ketidaksadaran (uniconsciousness)
amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa
manusia menjadi budak dirinya sendiri.
Pengalaman masa kecil sangat
menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan
bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
Kepribadian manusia terbentuk
berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan
seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang
diperhatikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi kepribadian
psikoanalisa Freud?
2. Bagaimana kehidupan mental?
3. Bagaimana struktur kepribadian
kepribadian psikoanalisa Freud?
4. Bagaimana dinamika kepribadian
psikoanalisa Freud?
5. Bagaimana pertahanan ego kepribadian
psikoanalisa Freud?
6. Bagaimana perkembangan kepribadian
psikoanalisa Freud?
7. Bagaimana pengaplikasi teori
psikoanalisa?
8. Bagaimana teori para ahli tentang
keperibadian psikoanalisa?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi
kepribadian psikoanalisa Freud?
2. Untuk mengetahui kehidupan mental?
3. Untuk mengetahui struktur
kepribadian kepribadian psikoanalisa Freud?
4. Untuk mengetahui dinamika
kepribadian psikoanalisa Freud?
5. Untuk mengetahui pertahanan ego
kepribadian psikoanalisa Freud?
6. Untuk mengetahui perkembangan
kepribadian psikoanalisa Freud?
7. Untuk mengetahui pengaplikasi teori
psikoanalisa?
8. Untuk mengetahui teori para ahli
tentang keperibadian psikoanalisa?
D.
MANFAAT
1. Kita dapat mengetahui definisi
kepribadian psikoanalisa Freud?
2. Kita dapat mengetahui kehidupan
mental?
3. Kita dapat mengetahui struktur
kepribadian kepribadian psikoanalisa Freud?
4. Kita dapat mengetahui dinamika
kepribadian psikoanalisa Freud?
5. Kita dapat mengetahui pertahanan ego
kepribadian psikoanalisa Freud?
6. Kita dapat mengetahui perkembangan
kepribadian psikoanalisa Freud?
7. Kita dapat mengetahui pengaplikasi
teori psikoanalisa?
8. Kita dapat mengetahui teori para
ahli tentang keperibadian psikoanalisa?
BAB II
PEMBAHASAN
( Teori Kepribadian Psikoanalisa
Freud)
A.
DEFINISI PSIKOANALISA
Ruth berry (2001: 2) Psikoaanalisa
adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh freud secara
berlahan ketika ia menangani orang yang mengalami neurosis dan masalah mental
lainnya.
Teori Kepribadian Psikoanalisa merupakan
salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah
model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga
aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga
adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan (Fudyartanta, 2005: 89).
Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan (Fudyartanta, 2005: 89).
Freud membandingkan jiwa dengan
gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan
daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air
menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah
ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan
perasaan-perasaan yang ditekan.
B.
TINGKAT KEHIDUPAN MENTAL
Menurut freud dalam buku Theorys of
Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 22), kehidupan mental
dibagi menjadi dua tingkatan yaitu alam bawah sadar (unconscious) dan
alam sadar (conscious). Alam sadar sendiri memiliki dua lagi tingkatan
yang berbeda, yakni alam bawah sadar sesungguhnya dan ambang-kesadaran (preconscious).
Latipun (2010; 47) menyatakan bahwa
tingkat kehidupan mental dapat disebut juga teori topografi yaitu
merupakan teori psikonalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang
terdiri dari sub-subsistem. Bagi freud kepribadian manusia berhubungan dengan
alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
- Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
- Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali.
- Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan didalamnya.
C.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Dalam teori psikoanalisa,
kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem,
yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32). Ketiga unsur atau sistem
tersebut adalah sebagai berikut :
- Id
Id (istilah Freud: das Es) adalah
sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat
naluri-naluri bawaan. Kita dapat dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang
bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh
sistem-sistem tersebut kita dapat operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya.
- Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan,
dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Apabila dikaitkan
dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa diterapkan bahwa ego bertindak
sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang yang sedang lapar ini kepada makanan.
- Superego
Superego (istilah Freud: das
Ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan
aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh
individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi
individu tersebut seperti orang tua dan guru (Supratiknya, 1993: 35).
Adapun fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut :
1) Sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut
disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2) Mengarahkan ego pada
tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
3) Mendorong individu kepada
kesempurnaan.
D.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dorongan-Dorongan ( Drives )
Menurut Freud ( 1933/1964 )
dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 29),
beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau Eros,
dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id.
Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki bentuk energy
psikisnya sendiri : Freud menggunakan kata Libido kita dapat energy dorongan
seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih belum dinamainya.
- Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah
kesenangan namun, kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital
semata. Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan seksual ) tidak
dapat diubah namun, jalan kita dapat mencapai tujuan ini bisa beragam.
Fleksibilitas objek seksual atau
pribadi seksual dapat mengenakan samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis
dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang
bayi yang dipaksa terlalu cepat kita dapat lepas dari putting ibunya sebagai
objek seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek
kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain,
seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini
memiliki komponen dorongan agresif.
- Agresi
Tujuan dari dorongan destruktif,
menurut Freud, adalah mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Dorongan
agresif juga menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang yang sudah
dibangun manusia kita dapat mengendalikan agresi.
Contohnya perintah seperti “kasihilah sesamamu seperti kamu
mengasihi dirimu sendiri”.
Kecemasan ( anxiety )
Kecamasan adalah suatu keadaan
tegang yang memotivasi kita kita dapat berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 )
menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat
emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang
memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.
Ada tiga macam kecemasan :
Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran
terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang
melalkukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri.
Contohnya adalah seseorang akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran
seorang guru, majikan, atau figure otoritas lain.
Kecemasan Moralistis
Kecemasan moralistis adalah
katekutan terhadap hati nurani sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik
antara ego dan superego. Kecemasan moralistis contohnya, akan muncul dari
godaan seksual jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan akan
membuat dirinya keliru secara moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa
muncul akibat kegagalan kita dapat bersikap secara konsisten dengan apa yang
dianggap benar secara moral, contohnya gagal merawat orang tua yang sudah
lanjut usia.
Kecemasan Realiatis
Kecamasan realistis adalah ketakutan
terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan
derajat ancaman yang ada. Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis
ketika berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota
yang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut karena
rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang menakutkan,
contohnya jika sepeda motor kita tiba-tiba terpeleseta dan lepas kendali di atas
sebuah jalan tol yang bersalju.
Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang
mendekat ( Freud, 1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi
sinyal kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan mengambil
bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.
E.
MEKANISME PERTAHANAN EGO
Mekanisme pertahanan merupakan suatu
cara ekstrem yang ditempuh oleh ego kita dapat menghilangkan tekanan kecemasan
yang berlebihan-lebihan. Pertahanan-pertahanan pokok tersebut adalah represi,
proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi (Anna Freud, 1946). Menurut
Supratiknya (1993: 86), semua mekanisme pertahanan tersebut mempunyai dua ciri
umum yaitu :
1) Mereka menyangkal, memalsukan,
atau mendistorsikan kenyataan.
2) Mereka bekerja secara tak
sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dalam Latipun (2010; 51) Freud
mengemukakan banyak bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimanifestasikan
dalam perilaku dan bentuknya bermacam-macam. Adapun bentuk-bentuk mekanisme
pertahanan diri tersebut sebagai berikut:
- Distorsi merupakan pertahanan yang dilakukan dengan melakukan penyangkalan terhadap kenyataan hidupnya dan tujuan kita dapat menghindari kecemasannya.
- Proyeksi merupakan upaya menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri atau melemparkan keinginannya yang tidak baik kepada orang lain.
- Regresi adalah secara tidak sadar memunculkan periaku yang tiak matang, yaitu mundur ke fase perkembangan yang sebelumnya dipandang tidak terlalu berat tuntutannya.
- Rasionalisai artinya membuat-buat alasan yang tampak masuk akal guna membenarkan tindakanya yang salah atau meminimalkan konsekuensi kejiwaan yang didapat karena kesalahannya, sehingga apa yang dialami dapat diterima orang lain dan terhindar dari rasa cemas.
- Sublimasi merupakan mengganti dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima secara sosial ke bentuk yang bisa diterima secara sosial.
- Salah sasaran (displacement) merupakan menggantikan perasaan bermusuh atau agresivitasnya dari sumber-sumber aslinya ke orang atau obyek lain yang biasanya kurang penting.
- Identifikasi merupakan menambah harga diri dengan cara menyamakan dirinya dengan orang lain yang mempunyai nama.
- Kompensasi yaitu menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan sifat tertentu secara berlebihan karena frustasi dalam bidang lain.
Mekanisme pertahanan merupakan suatu
cara ekstrem yang ditempuh oleh ego kita dapat menghilangkan tekanan kecemasan
yang berlebihan-lebihan. Pertahanan-pertahanan pokok tersebut adalah represi,
proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi (Anna Freud, 1946). Menurut
Supratiknya (1993: 86), semua mekanisme pertahanan tersebut mempunyai dua ciri
umum yaitu :
1) Mereka menyangkal,
memalsukan, atau mendistorsikan kenyataan.
2) Mereka bekerja secara tak
sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dalam Latipun (2010; 51) Freud
mengemukakan banyak bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimanifestasikan
dalam perilaku dan bentuknya bermacam-macam. Adapun bentuk-bentuk mekanisme
pertahanan diri tersebut sebagai berikut:
- Distorsi merupakan pertahanan yang dilakukan dengan melakukan penyangkalan terhadap kenyataan hidupnya dan tujuan kita dapat menghindari kecemasannya.
- Proyeksi merupakan upaya menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri atau melemparkan keinginannya yang tidak baik kepada orang lain.
- Regresi adalah secara tidak sadar memunculkan periaku yang tiak matang, yaitu mundur ke fase perkembangan yang sebelumnya dipandang tidak terlalu berat tuntutannya.
- Rasionalisai artinya membuat-buat alasan yang tampak masuk akal guna membenarkan tindakanya yang salah atau meminimalkan konsekuensi kejiwaan yang didapat karena kesalahannya, sehingga apa yang dialami dapat diterima orang lain dan terhindar dari rasa cemas.
- Sublimasi merupakan mengganti dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima secara sosial ke bentuk yang bisa diterima secara sosial.
- Salah sasaran (displacement) merupakan menggantikan perasaan bermusuh atau agresivitasnya dari sumber-sumber aslinya ke orang atau obyek lain yang biasanya kurang penting.
- Identifikasi merupakan menambah harga diri dengan cara menyamakan dirinya dengan orang lain yang mempunyai nama.
- Kompensasi yaitu menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan sifat tertentu secara berlebihan karena frustasi dalam bidang lain.
F.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Tahap-tahap perkembangan menurut
Freud ada empat, yaitu (Supratiknya, 1993: 90) :
- Tahap Oral
Pada tahap ini berlangsung kira-kira
selama satu tahun. Mulut merupakan daerah pokok kegiatan dinamik. Sumber
kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makanan. Makan meliputi
stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut, serta menelan atau jika
makanan itu tidak menyenangkan, maka memuntahkan keluar. Kemudian setelah gigi
tumbuh maka mulut dipakai kita dapat menggigit dan mengunyah. Dua macam
aktifitas oral ini, yaitu menelan makanan dan menggigit merupakan prototipe
bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari.
- Tahap Anal
Setelah makanan dicernakan, maka
sisa-sisa makanan menumpuk diujung bawah dari usus dan secara refleks akan
dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf
tertentu. Pengeluaran feses menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan
menimbulkan perasaan lega. Ketika pembiasaan akan kebersihan dimulai, biasanya
selama umur dua tahun, anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan
tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Hal ini
tergantung pada cara-cara khusus pembiasaan akan kebersihan yang diterapkan
ibu. Apabila cara-cara ibu sangat keras, anak bisa menahan fesesnya dan
mengalami sembelit. Atau karena himpitan cara yang represif itu, anak bisa
melampiaskan kemarahannya dengan membuang feses pada saat-saat yang tidak tepat.
Sebaliknya, apabila ibu adalah tipe orang yang sabar, mau membujuk anak kita
dapat buang air besar dan memuji secara berlebih-lebihan kalau si anak berbuat
demikian, maka anak akan memperoleh pengertian bahwa aktifitas mengeluarkan
feses itu adalah sangat penting.
- Tahap Phalik
Selama tahap perkembangan
kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual
dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tingkah
laku anak pada tahap ini yaitu usia tiga sampai lima tahun banyak ditandai oleh
bekerjanya kompleks Oedipus. Kompleks Oedipus meliputi kateksis seksual
terhadap orang tua yang berlainan jenis serta kateksis permusuhan terhadap
orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya
sedangkan anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
Perasaan-perasaan ini menyatakan diri dalam khayalan pada waktu anak melakukan
masturbasi dan dalam bentuk pergantian antara sikap cinta dan sikap melawan
terhadap kedua orang tuanya. Tahap-tahap oral, anal, dan phalik, disebut dengan
tahap-tahap pragenital.
- Tahap laten
Tahapan ini berlangsung antara
kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik
dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas
seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
- Tahap Genital
Anak memasuki periode laten yang
cukup lama, yang secara dinamis disebut tahun-tahun yang tenang. Selama periode
ini, impuls-impuls cenderung berada dalam keadaan direpresikan. Munculnya
kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis mengaktifkan kembali
impuls-impuls pragenital, apabila impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan
disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada tahap kematangan yang
merupakan tahap akhir, yaitu tahap genital. Fungsi biologis pokok dari tahap
genital ini adalah ialah reproduksi. Aspek-aspek psikologis membantu mencapai
tujuan ini dengan cara memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas
tertentu.
G.
APLIKASI TEORI PSIKOANALISA
Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia
adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat
dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu
memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar.
Kedua, konsep kunci tentang
“kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian
tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan
lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara
bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari
dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma
agama, sosial dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep psikolanalisis yang
menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia.
Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini
sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral
individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar
keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh
berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa
datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam
lingkungannya.
Keempat, teori Freud tentang
“tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam proses
bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa
materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan
sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah
selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya
menjadi efektif.
Kelima, konsep Freud tentang
“ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada
individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang
bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.
H.
TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
MENURUT PARA AHLI
Teori psikoanalisis dipandang banyak
orang sebagai teori yang controversial, terutama yang terkait dengan pelecehan harkat – martabat
manusiadan kesucian agama. Freud tidak menempatkan manusia tidak lebih mulia
daripada hewan.
Komentar para ahli antara lain ;
- Djamaludin
A dan Fuat NS 1994:68
“Kita semua tahu setengah abad lebih yang silam, penelitian
– penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri
kecongkakan manusia, sungguh manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih
unggul dari pada binatang.”
- Malik B Badri 1986 :43
Mengemukakan bahwa para psikolog bereksperimen dan menganut
aliran tingkah laku mengkritik teori psikoanalisis hanya sebagai spekulasi yang
tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui observasi dan oleh karena itu tidak
ilmiah.
- Muh.Quthb,
1989:24
Carl Gustav Jung dalam bukunya “Memorial of Freud”
mengatakan “Freud telah berwasiat kepadaku, bahwa wajib menghancurkan semua
kepercayaan agama.”
- Hartman
(Bapak psikologi ego)
Ego tidak berkembang dari id, karena
setiap system adalah asli, predisposisi yang inhern, dan masing-masing
independen dalam perkembangannya. Proses ego dinetralisasi dari energy seksual
dan agresif. Fungsi ego bukan reality testing sebagai pemuas id, akan tetapi
adavtive function terhadap dunia luar. Inilah cognitive processes seperti
mempersepsi, mengingat dan berpikir.
- Ronald
Fairbairn
Mengemukakan ;
1. Ego berada sejak lahir, yang
memiliki struktur dinamika sendiri, dan sumber energy sendiri
2. Dalam kenyataan, yang ada hanya ego,
sedangkan id tidak ada. Oleh karena itu tidak ada konflik antara id dan ego
3. Ego berfungsi untuk mencari (seek),
menemukan (find), dan membangun relasi dengan objek-objek di dunia luar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Kepribadian Psikoanalisa
merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah
sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan
metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari
tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang
ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan (Fudyartanta, 2005: 89).
Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan (Fudyartanta, 2005: 89).
Freud membandingkan jiwa dengan
gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan
daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air
menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah
ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan
perasaan-perasaan yang ditekan.
B. SARAN
Diharapkan
pembaca dapat memahami tentang teori kepribadian psikoanalisa Freud dan dapat
menjelaskan bagian-bagian dari teori tersebut serta mampu menerapkan/mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca makalah ini sehingga dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, Ruth. (2001). Freud A Beginner’s Guide. Jakarta:
PENERBIT ERLANGGA
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2008). Theories of
Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fudyartanta. (2005). Psikologi Kepribadian Freudianisme. Yogyakarta:
Zenith Publisher
Latipun. (2010). Psikologi Konseling. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press
Koswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung:
PT. ERESCO
Supratiknya, A. (1993). Psikologi Kepribadian 1
Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
How to get to Borgata in Atlantic City by Bus? - Dr. Maryland
BalasHapusThe cheapest way to get from Borgata in Atlantic 논산 출장샵 City costs 거제 출장마사지 only $6, and 경기도 출장마사지 the 춘천 출장안마 quickest way 세종특별자치 출장마사지 takes just 4 mins.