BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Varisela adalah penyakit
infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan
kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
(Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varicella pada umumnya menyerang
anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi
sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu
berat.
Namun di negara-negara tropis,
seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang
Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan
demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.
B. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Varicella
2. Untuk
mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Varicella.
C. Manfaat
1. Agar lebih
mengetahui tentang penyakit Varicella.
2. Agar
terhindar dari bahayanya Penyakit Varicella.
3. Agar
meningkatkah asuhan keperawatan Varicella bagi perawat.
D. Ruang
Lingkup Penulisan
Karena
luasnya permasalahan pada makalah ini maka penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan pada Anatomi Fisiologi Sistem Integumen, Konsep Dasar tentang
Vecerela, dan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen dengan Infeksi Virus
Vecerella.
E. Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada
dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan
maupun di internet.
F. Estetika
Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang
disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I :
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis terdiri dari anatomi
kulit, fisiologi kulit, dan konsep dasar penyakit
Bab III : Asuhan Keperawatan Vecerella yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Anatomi Sistem Integumen ( Kulit )
Kulit
adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungna dengan selaput lender yang melapisi ronga-rongga,
lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa.
Kulit tersusun dari tiga
lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Setiap lapisan akan
semakin berdiferensiasi (menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik)
ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum
korneum yang letaknya paling luar.
Lapisan Kulit
1. Epidermis
Ada dua jenis sel yang
lazimnya terdapat dalam epidermis, yaitu sel-sel Merkel dan Langerhans. Fungsi
sel Merkel belum dipahami dengan jelas, tetapi diperkirakan berperanan dalam
lintasan neuroendokrin epidermis. Sel Langerhans diyakini mempunyai peranan
yang signifikan dalam respons antigen-antigen kutaneus.
Epidermis mengalami
modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling tebal
pada daerah telapak tangan serta kaki, dan mengandung keratin dalam jumlah yang
lebih besar. Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian tersebut banyak
digunakan dan bisa mengakibatkan pembentukan kalus pada tangan atau klavus
(corns) pada kaki.
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel,
yaitu :
a.
Stratum
Korneum. Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati,
dan mengandung zat keratin. Keratin merupakan protein fibrosus insolubel yang
membentuk barrier paling luar kulit dan memliki kemampuan untuk mengusir
mikroorganisme patogen serta mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari
tubuh. Keratin merupakan unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku.
b.
Stratum
Lusidum. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan
tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening dan batas-batas sel sudah
tidak begitu terlihat.
c.
Stratum
Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan, sel-sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam
sitoplasma, terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase
dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
d.
Stratum
Spinosum / Stratum Akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal
da daat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum
karena jika kita lihat di bawa mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal/banyaknya sudut dan mempunyai tanduk (spina). Disebut
akantosum karena sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan
inter seluler.
e.
Stratum
Basal / Stratum Germinativum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak
di bagian basal/ basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang
diatasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti
yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) dibagian bawah sel
tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis, sel-sel basalis
dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan
dermis. Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium
menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit).
Dipihak lain epidermis menonjol ke arah korium, tonjolan ini disebut Rete
Ridges atau rete pegg = Prosesus inter papilaris.
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan
kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan
disebelah bawah berbatasan dengan subkutan tapi batas ini tidak jelas, hanya
kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a.
Bagian
atas : Pars Papilaris (stratum papilar), berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu
bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
b.
Bagian
bawah : Retikularis (stratum retikularis), terletak di bawah lapisan papilaris
dan juga memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastik.
Dermis juga tersusun dari
pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan
akar rambut. Dermis sering disebut sebagai ”kulit sejati”.
3. Hypodermis (Jaringan
Subkutan)
Ini merupakan lapisan kulit
yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Jaringan ini memungkinkan mobolitas kulit, perubahan kontur tubuh, dan
penyekatan panas tubuh. Lemak atau gajih akan bertumpuk dan tersebar meurut
jenis kelamin seseorang dan secara parsial menyebabkan bentuk tubuh laki-laki
dan perempuan berbeda. Makan yang berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak
di bawah kulit.
Jaringan subkutan dan
jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh. Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantar gerombolan
ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya
bulat dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini disebut penikuus adiposus yang tebalnya tidak sama pada
tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama.
Guna penikulus adiposus adalah sebagai shok breker, yaitu pegas / bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu tubh, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
B.
Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai banyak
fungsi. Bahan lemak yang bisa larut dapat menembus kulit melalui folikel rambut
dan kelenjar sebasea. Kulit yang atropi atau senil mengandung lebih sedikit
folikel rambut, jadi permeabilitas bahan lemah yang bisa larut melalui kulit
berkurang pada saat sudah lanjut usia. Secara umum, fungsi kulit adalah sebagai
berikut :
1. Perlindungan
Kulit yang menutupi
sebagaian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja, padahal
kulit memberikan perlindungna yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan
benda asing lainnya. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan
perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di daerah
tersebut.
2. Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor
serabut pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-menerus
keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk
mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan tekanan (atau sentuhan yang berat).
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli
yang berbeda. Meskipun tersebar diseluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih
terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian lainnya. Sebagai
contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi ketimbang kulit pada
bagian punggung tangan.
3. Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki
kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah hilangnya air
dan elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan, misalnya
pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah besar dalam hilang dengan
cepat sehingga bisa terjadi kolaps sirkulasi, syok, serta kematian.
4. Pengaturan Suhu
Tubuh secara terus-menerus
akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi
energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik yang
penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan. Proses
pertama, yaitu radiasi, merupakan pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
lebih rendah dan berada pada suatu jarak tertentu. Proses kedua, yaitu
konduksi, merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih dingin
yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara
yang melingkupi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga, yaitu konveksi,
yang terdiri atas pergerakan massa molekul udara hangat yang meninggalkan
tubuh.
Pengeluaran keringat
merupakan proses lannya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju kehilangan
panas. Pengeluaran keringat tidak akan tejadi sebelum suhu internal tubuh
melampaui 37 derajat Celcius tanpa tergantung pada suhu kulit. Pada hawa
lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi 1L/jam.
Dalam keadaan tertentu,misalnya pada stres emosional, pengeluaran keringat
dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk
menghilangkan panas dari tubuh.
5. Produksi Vitamin
Kulit yang terpajan sinar
ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin
D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu
keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang
menyebabkan deformita tulang.
6. Fungsi Respon Imun
Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa sel dermal merupakan komponen penting dalam sistem
imun. Penelitian yang masih berlangsung harus mendefinisikan lebih jelas
peranan sel-sel dermal ini dalam fungsi imun.
C. Konsep
Dasar Penyakit
1. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin,
Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air,
sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi
Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang
khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan
penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan
gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung
cairan.
Varisela adalah penyakit
infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan
kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
(Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan
penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir
yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang
menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan
kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar
air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
2. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk
Famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varisela
disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster
(virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua
penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa
setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah
penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk
laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh
trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam
cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan
mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri
dari fibroblas paru embrio manusia.
3. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi
Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial,
atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering
terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko
terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan
trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua
jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk
mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan
dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari
sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan
akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan
lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita
varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula
tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam
masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat
awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela
neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila
terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis,
diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang
terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi.
Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal
atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.
4.
Manifestasi Klinik
·
Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
·
Didahului stadium prodromal yang ditandai :
1. Demam
2. Malaise
3. Sakit kepala
4. Anoreksia
5. Sakit punggung
6. Batuk kering
7. Sore throat yang
berlangsung 1-3 hari.
·
Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas,
seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
·
Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara
satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )
5.
Patofisiologi
Menyebar Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga
menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum
Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk
Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan
timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit
kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim.
Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan
bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit
yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui
udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan
tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari
virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya
penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab
seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang
anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi
sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu
berat.
Namun di negara-negara tropis,
seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang
Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan
demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.
6.
Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan
komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang
paling umum ditemukan adalah :
1. Bekas luka
yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang
usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2. Acute
Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin
tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot
yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan,
kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini
akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air
mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan
seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah
usia 28 hari.
2. Orang dengan
kekebalan tubuh rendah
3. Komplikasi
yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis,
glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan
darah (beberapa macam purpura).
4. Infeksi pada
ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan
infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
varisela congenital pada neonatus.
7. Treatment
Karena umumnya bersifat ringan,
kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan
pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah
rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu
ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul
jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk
dilihat.
• Umum
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit,
misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
- Jangan menggaruk vesikel.
- Kuku jangan dibiarkan panjang.
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan
handuk pda kulit, jangan digosok.
Farmakoterapi :
1. Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat,
misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan
daya tahan tubuh.
2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam
- Parasetamol atau ibuprofen.
- Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian
aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan
sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang
terinfeksi.
4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau
infeksi bakteri pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal
(misalnya losio kalamin).
8. Pencegahan
:
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
- Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0
terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah
terpapar.
- Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya
menderita cacar air beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
2. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga,
pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik
diri, marah.
3. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
4. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda :
perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal,
kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan,
gerakan udara, peruban suhu.
6. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam
mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler
pada kulit.
7. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu
makan dan sakit kepala.
8. Data
Objektif :
a) Integumen :
kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit yang berisi
cairan jernih.
b) Metabolik :
peningkatan suhu tubuh.
c) Psikologis :
menarik diri.
d) GI : anoreksia.
e) Penyuluhan /
pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Resiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
2. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake
makanan.
4. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
5. Kurang
pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
C.
Intervensi
· Diagnosa 1
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
kerusakan jaringan kulit.
Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan
tidak demam.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik
untuk semua individu yang datang kontak dnegan pasien
|
1. Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko
infeksi.
|
2. Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik
aseptic, selama perawatan kulit.
|
2. Mencegah
masuknya organisme infeksius
|
3. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu
|
3. Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
|
4. Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang
terdapat erupsi.
|
4. Rambut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
|
5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas
(termasuk pecahnya lepuh)
|
5. Meningkatkan penyembuhan.
|
6. Awasi tanda vital
|
6. Indikator terjadinya infeksi.
|
· Diagnosa 2
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi
pada kulit.
Tujuan :
mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
|
1. mengetahui keadaan integritas kulit.
|
2. Berikan perawatan kulit
|
2. menghindari gangguan integritas kulit
|
· Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan
Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan
kebutuhan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan makanan sedikit tapi sering
|
1. Membantu mencegah distensi gaster/
ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan
|
2. Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai.
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
|
2. Meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan
dapat memperbaiki pemasukan.
|
· Diagnosa 4
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada
kulit.
Tujuan : pasien
dapat menerima keadaan tubuhnya.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
pasien saat ini
|
1. memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
|
2. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
|
2. memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.
|
· Diagnosa 5
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan.
Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan
pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
|
1. Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan
menngkatkan kemandirian.
|
D.
Implementasi
ü Diagnosa 1
|
1.
Menekankan
pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang
kontak dengan pasien.
2.
Menggunakan
skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
3.
Mengawasi
atau membatasi pengunjung bila perlu.
4.
Mencukur
atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
5.
Membersihkan
jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
6.
Mengawasi
tanda vital.
|
ü Diagnosa 2
|
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
b. Memberikan perawatan kulit
|
DiDiagnosa
3
|
a. Memberikan
makanan sedikit tapi sering.
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai ,
dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
|
Diagnosa 4
|
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
pasien saat ini.
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat
dilakukan.
|
Diagnosa 5
|
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.
|
E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit
dikatakan teratasi apabila :
1.
Fungsi kulit
dan membran mukosa baik dengan parut minimal
2.
Krusta
berkurang
3.
Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal alami,
tidak terjadi kelainan neurogik.
4.
Tidak terjadi kelainan respiratorik.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Varicella
adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit
dan mukosa.
2.
Penyakit ini
disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus
ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit
Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes Zooster.
3.
Pada beberapa kelompok yaitu :
a)
Bayi dibawah usia 28 hari
b)
Orang dengan
kekebalan tubuh rendah.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa (i)
dapat mengetahui apa itu Varicella dan jadikan sebagai ilmu keperawatan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC
: Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7
Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar