KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk
dalam menyalesaikan makalah ini yang berjudul “ ANTOMOLOGI ” Dalam proses penyusunan makalah
ini berbagi macam hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun atas
bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagi pihak sehingga hambatan dan
kesulitan tersebut dapat penulis hadapi. Tak lupa pula penulis samapaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu dr. Samsyia
Paweni., M.Kes. selaku Desen Parasitologi yang
telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan sebagai mestinya.
Semoga amal baik dan bantuan dari semua pihak mendapatka pahala dari Allah SWT,
Amin.
Kendari, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA
PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar
belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Pengertian
entomologi................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi serangga....................................................................................... 3
2.3 Serangga sebagai vektor penyakit.................................................................. 9
2.4 Penyakit yang disebabkan oleh serangga....................................................... 10
1. Nyamuk.................................................................................................... 10
2. Kutu......................................................................................................... 16
3. Larva lalat................................................................................................ 19
2.5 Pengendalian vektor...................................................................................... 23
2.6 Insektisida...................................................................................................... 25
BAB
III PENUTUP............................................................................................ 28
A. Kesimpulan.............................................................................................. 28
B. Saran........................................................................................................ 29
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi
yang mempelajari serangga. Istilah ini berasal dari dua perkataan latin -ent
omon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi,
serangga telah menjadi penentu keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka
bumi. Interaksi antara serangga dengan manusia sudah berlansung sejak manusia
ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai peran penting dalam kehidupan
manusia. Begitu juga kerugian yang besar akibat gangguan kesehatan hewan dan
manusia yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan dan disebarkan oleh
serangga. Trilyunan rupiah dana digunakan untuk biaya pengendalian hama
tanaman, hama pascapanen,hama permukiman serta penyakit pada tanaman, hewan dan
manusia yang ditularkanoleh serangga. Manusia sering memandang serangga secara
antroposentris, yaitu sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak
mendatangkan kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Dengan belajar
Entomogi kita bisa menempatkan serangga secara proporsional dalam kehidupan,
sehingga tidak memandang serangga sebagai hewan yang selalu merugikan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini yakni:
1.
Bagaimana definisi entomologi?
2.
Bagaimana klasifikasi serangga?
3.
Bagaimana serangga sebagai vektor penyakit?
4.
Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh serangga!
5.
Bagaimana cara pengendalian vektor?
6.
Bagaimana insektisida?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Untuk mengetahui:
1.
Bagaimana definisi entomologi.
2.
Bagaimana klasifikasi serangga.
3.
Bagaimana serangga sebagai vektor penyakit.
4.
Bagaimana penyakit yang disebabkan oleh serangga.
5.
Bagaiman cara pengendalian vektor.
6.
Insektisida.
1.4 MANFAAT
1.
Kita dapat mengetahui tentang entomologi kesehatan
2.
Kita dapat mengertahui organisme yang termasuk dalam
entomologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
ENTOMOLOGI
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang vector, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. (
Parasitologo Kedokteran : 1998 )
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang serangg. Akan tetapi, arti ini sering diperluas untuk mencakup ilmu
yang mempelajari arthropoda ( hewan beruas – ruas ), serta iuwing dan
kerabatnya ( Millepoda dan centipoda )
Istilah Entomologi berasal dari dua
perkataan latin yaitu entomon yang berarti serangga dan logos yang artinya ilmu
pengetahuan.
( http : // id. Wikipedia. Org/ wiki/
Entomologi : 2008 )
Istilah ini berasal dari dua perkataan
Latin – entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vector, kelainan dan penyakit
yang disebabkan oleh arthropoda.
2.2 KLASIFIKASI
SERANGGA
Klasifikasi serangga bertujuan untuk
mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis jenis serangga
yang ada dilapanagan.
Dunia binatang ( animal kingdom )
terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut filum. Dari
masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi manjadi golongan-golongan
yang lebih kecil yang disebut kelas. Dari kelas ini kemudian digolongkan lagi
menjadi ordo (bangsa) kemudian famili (suku), genus (marga) dan spesies
(jenis). Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama
tanaman adalah Aschelminthes (nematode), Mollusca (siput), Chordata (binatang
bertulang belakang) dan arthropoda ( serangga )
Arthropoda adalah hewan yang mempunyai
kaki bersendi-sendi (beruas-ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air
tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang
paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah
keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui .
Dalam buku “ microbiology for the health
Sciences “, burton mengemukakan bahwa ada banyak perbedaan kelas arthropoda,
tetapi hanya ada tiga yang dipelajari diparasitologi yakni : serangga( Kelas
Insekta ), Arachnida ( kealas Arachnida ) dan Krustacea ( kelas Krustacea).
Morfologi Umum
Empat Tanda Morfologi Antropoda :
·
Badan beruas-ruas
·
Umbai-umbai beruas-ruas
·
Eksoskelet
·
Bentuk badan simetris bilateral
Fungsi Eksoskelet :
·
Sebagai penguat tubuh
·
Pelindung alat dalam
·
Tempat melekat otot
·
Pengatur penguapan air
·
Penerus rangsang dari luar
Fungsi Umbai-umbai :
·
Pada kepala menjadi antena dan Mandibula
·
Pada Toraks menjadi kaki dan sayap
·
Ada Abdomen menjadi kaki pengayuh
·
Daur Hidup
Pertumbuhan serangga dipengaruhi oleh
hormon Juvenile. Pengelupasan kulit
dipengaruhi oleh hormon Ecdyson.
·
Stadium Metamorfosiss sempurna : Telur –
larva – Pupa
- Dewasa
·
Stadium metamorfosis tidak sempurna : Telur – (larva) – Nimfa – Dewasa
·
Pembagian serangga sebagai parasit berdasar
habitat pada manusia :
·
Endoparasit : hidup/mengembara dalam jaringan
tubuh. Contoh : Larva lalat penyebab
miasis, Pinjal penyebab tungiasis
·
Ektoparasit : hidup pada permukaan tubuh hospes.
Contoh : Tungau, Tuma, Pinjal, Nyamuk
Pembagian serangga sebagai parasit berdasarkan
lamanya hidup dalam hospes
·
Parasit permanen : seluruh/sebagian besar
hidupnya ada pada satu hospes. Contoh : Tungau kudis, tuma pada manusia, pinjal
dan sengkenit keras pada binatang
·
Parasit periodik : berpindah-pindah dari satu
spesies ke hospes lain dalam daur hidupnya. Contoh : Nyamuk, Sangkenit lunak
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya,
Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas,yaitu:
1. Kelas
Crustacea (golongan udang).
Crustacea adalah hewan akuatik (air)
yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata Crustacea berasal dari
bahasa-bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang keras
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
A). Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
- Branchiopoda
- Ostracoda
- Copepoda
- Cirripedia
B). Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
1.
Isopoda
2.
Stomatopoda
3.
Decapoda
2. Kelas
Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).
Anggota Arachnida meliputi kalajengking,
laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang
merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus
predator. Tempat hidupnya adalah di darat
Klasifikasi Arachnida dibagi dalam 3 ordo, yaitu:
A). Scorpionida
contohnya: Kalajengking (Vejovis sp,
Hadrurus sp, Centrurus sp), Ketonggeng (Buthus)
Hewan ini memiliki perut beruas-ruas dan
ruas terakhir berubah menjadi alat pembela diri.
B). Arachnoidea
Contohnya adalah segala macam laba-laba, antara lain
:
·
Laba-laba jaring
kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)
·
Laba-laba
primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)
·
Laba-laba
penjerat (di Malaysia)
·
Laba-laba
pemburu (di Meksiko)
·
Laba-laba
srigala
·
Laba-laba
beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa
·
Tarantula
(Rhechostica hentz)
3. Kelas
Myriapoda (golongan luwing).
Myriapoda adalah gabungan dari kelas
Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu
pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala
dan abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat
di darat terutama tempat yang banyak mengandung .
Klasifikasi (penggolongan Myriapoda)
Dalam penggolongannya Myriapoda merupakan gabungan
dari dua kelas, yakni:
A). Kelas Chilopoda
Contoh: kelabang : Lithobius forticatus
dan Scolopendra morsitans sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan.
B). Kelas Diplopoda
Contoh: kaki seribu (Julus nomerensis)
4. Kelas Insecta
(serangga)
Insecta sering disebut serangga atau
heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos
berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta
lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan
kebiasaannya.
Klasifikasi (penggolongan) Insecta (serangga).
Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas
dua kelompok, yaitu:
A). Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
- Orthoptera
- Odonata
- Hemiptera
- Homoptera
B). Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok
Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:
- Neuroptera
- Lepidoptera
- Diptera
- Coleoptera
- Siphonoptera
- Hymenoptera
2.3 SERANGGA
SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT
Menurut ukuran besarnya peran dalam ilmu
kedokteran serangga dapat dibagi dalam golongan :
1.
Yang menularkan penyakit ( vector dan hospes perantara
)
2.
Yang menyebabkan penyakit ( parasit )
3.
Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang
dikeluarkan
4.
Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan.
5.
Yang menimbulkan entomofobia ( perasaan takut terhadap
serangga, rasa takut disebabkan oleh bentuknya atau karena gerakannya )
Dari jenis jenis serangga yang ada ordo
dipteri adalah jenis yang paling berperan sebagai vektor penyakit. Banyak
penyakit penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun mikroorganisme
lainnya yang menyebabkan penyakit, dibantu oleh serangga dalam penyebarannya
khususnya ordo dipteri yaitu nyamuk dan lalat.
Serangga dapat menularkan penyakit melalui beberapa
cara, yaitu ;
- Penularan secara mekanik.
Berlangsung dari penderita ke orang lain
dengan perantaraan bagian luar tubuh serangga. misalnya : telur cacing, kista
protozoa, dan bakteri usus dapat dipindahkan dari tinja ke makanan melalu badan
atau kaki serangga . serangga yang berperan biasanya adalah lalat.
- Penularan secara biologi.
Berlangsung setelah parasit atau agen
yang dihisap serangga vektor mengalami proses biologi dalam tubuh vektor
seperti membelah diri ataupun bermutasi.
Misalnya :
a.
yersinia petis
dalam pijal tikus ( membelah diri )
b.
plasmodium
valciparum dalam nyamuk anopheles (bermutasi dan membelah diri)
c.
wucheria
banerofti dalam badan nyamuk culex ( bermutasi )
- Pernularan secara transovarian.
Berlangsung distadium muda vektor. Telur
dalam tubuh vektor menerima infeksi dan induknya, walaupun induknya telah mati
mempertahankan penyebab penyakit yang diperoleh selama pertumbuhannya menjadi
larva infektif dan kemudian menularkannya. Misalkan :Ricketsia tsutsugamushi
dalam larva infektif (chigger) leptotrombidium.
2.4 PENYAKIT YANG
DISEBABKAN OLEH SERANGGA
1. Nyamuk
Morfologi, Daur
Hidup Dan Prilaku Nyamuk
Nyamuk termasuk kelas Insecta, Ordo
Diptera dan famili Culicidae. Berperan
sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang (lewat gigitan) yang
penyebabnya berbagai macam parasit dan virus antara lain :
·
Parasit penyebab Filariasis – hanya sebatas
tumbuh
·
Parasit penyebab Malaria – tumbuh, berkembang
biak dan berubah menjadi bentuk infektif
·
Virus DHF
·
Virus Chikungunya – virus berkembang lebih
banyak sebelum
·
Virus demam kuning
·
PEMBAGIAN FAMILI CULICIDAE
·
Tribus
Anophelini (Anopheles)
·
Tribus Culicini (Culex, Aedes, Mansonia)
·
Tribus Toxorhynchitini (Toxorhyncytes)
Morfologi Nyamuk
·
Berukuran kecil ( 4 – 13 mm) & Rapuh
·
Pada kepala ada probosis yang panjang dan halus
·
Sebagai penghisap darah – pada betina
·
Sebagai penghisap bahan-bahan cair – pada jantan
·
Palpulus yang terdiri 5 ruas
·
Sepasang antena terdiri 15 ruas :
·
pada jantan berambut lebat (pulmose)
·
pada betina berambut jarang (pilose)
·
Toraks yang tampak (Mesonotum) sebaian besar diliputi
bulu halus yang berwarna putih / kuning
·
Sayap Skutelum berbentuk melengkung (rounded)
pada anophelini dan membentuk 3 lengkungan (Trilobus) pada Culicini
·
Sayap panjang dan langsing ada vena yang
permukaannya ditumbuhi sisik sayap
·
Terdapat sederetan rambut (Fringe)
·
Abdomen berbentuk silinder dasn terdiri 10 ruas-
dua ruas terakhir berubah jadi alat kelamin
·
Punya 3 pasang kaki (Hexapoda) melekat pada
toraks dan tiap kaki terdiri dari 1 ruas femuri, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus
Daur hidup
§
Metamorfosis sempurna : Telur
– Larva –
Pupa – Dewasa
·
Telur yang batu diletakkan berwarna putih, lalu
1 – 2 jam menjadi hitam
·
Genus Anopheles – telur diletakkan satu per satu
terpisah di permukaan air
·
Genus Aedes-telur diletakkan satu persatu
terpisah di tepi permukaan air, pada lubang pohon, containers, lubang tanah
kering yang kemudian digenangi air
·
Genus Culex
- telur diletakkan saling
berdekatan sehingga membentuk rakit (raft)
·
Telur culex diletakkan diatas permukaan air,
sedangkan telur mansonia diletakkan di balik permukaan daun tumbuh-tumbuhan air
·
Setelah 2 – 4 hari telur menetas jadi larva dan
selalu hidup dalam air
·
Tempat perindukan (breeding place) tiap spesies
belainan, antara lain : rawa, kolam sungai, sawah, comberan, got, saluran air,
bekas jejak kaki binatang, lobang pohon dan kaleng.
·
Larva terdiri 4 substadium (instar) dan
mengambil makanan dari tempat perindukan
·
Pertumbuhan larva stadium I – IV pada Culex
& Aedes berlangsung 6 – 8 hari, sedangkan pada Mansonia ± 3 minggu
·
Lalu tumbuh menjadi pupa yang tidak makan, tapi
perlu O2 melalui breathing trumpet
·
Untuk tumbuh dewasa perlu ± 1 – 3 hari sampai dengan beberapa minggu
·
Pupa jantan menetas lebih dulu, tidak pergi jauh
menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah untuk
pembentukan telur.
·
Ada beberapa spesies yang tidak perlu darah
untuk pembentukan telur (antogen). Contoh : Toxorhynchites Amboinensis
Perilaku Nyamuk
·
Umur nyamuk betina hidup lebih lama dari nyamuk
jantan
·
biasanya ± 2 minggu tapi ada juga 2 – 3 bulan,
misal Anopheles Punchipenis di Amerika
·
Hospes yang disukai nyamuk berbeda-beda
·
Kebiasaan menghisap darah : Antropofilik, Zoofilik, Antropozoofilik
·
Tempat istirahat : Endofilik & Eksofilik
·
Aktivitas menggigit : Night biters, Day bitters,
Endofagik, Eksofagik
·
Jarak terbang nyamuk betina lebih jauh dari
nyamuk jantan
Daya terbang berbeda-beda menurut spesies :
1.
Ades aegypti – jarak terbangnya pendek
2.
Anopheles – 1,6 Km
3.
Aedes Vexans – ± 30 km
Vektor Malaria
·
± 60 dari 2.000 spesies Genus Anopheles di dunia
sebagai vektor Malaria
·
± 16 dari 80 spesies genus anopheles di
Indonesia sebagai vektor Malaria
·
Morfologi nyamuk Anopheles berbeda dengan nyamuk Culicini terutama bagian badan :
·
Stadium telur Anophelini : diletakkan satu per
satu diatas permukaan air seperti perahu bagian bawahnya konveks dan bagian
atas konkaf dan punya sepasang pelampung di sebelah lateral
·
Stadium larva Amphalini : di tempat perindukan
mengapung sejajar permukaan air, punya bagian badan khas (spirakel) di poterior
abdomen, tergal plate pada bagian tengah dorsal abdomen, bulu palma bagian
lateral abdomen.
·
Stadium Pupa Amphelin : punya tabung pernapasan
(respirator trumpet) yang lebar dan pendek untuk pengambilan O2.
·
Stadium Dewasa Amphelin : Palpus jantan dan betina punya panjang hampir sama dengan probosisnya. Perbedaan
adalah pada jantan ruas palpus bagian Apikal berbentuk gada (club form)
sedangkan betina ruas tersebut mengecil. Tumbuh sisik pada sayap bagian pinggir
(costa & vena I) yang ujungnya berbentuk lengkung, bagian posterior abdomen
tidak seruncing Aedes dan tidak setumpul mansonia tapi sedikit lancip.
Daur Hidup
·
Metamorfosis Sempurna : Telur -
Larva – Pupa -
Dewasa
·
Waktu yang dibutuhkan 2 – 5 minggu, tergantung
pada spesies, makanan dan suhu
·
3 Kawasan (zone) tempat perindukan menurut
spesies :
Kawasan pantai – An. Sundaicus, An. Subpictus
Kawasan pedalaman – An. Aconitus, An.
Barbirostus, An. Subpictus, An. Nigerimus, An. Sinensis
Kawasan kaki gunung & gunung - An. Bolabacensis, An. Maculatis
Perilaku
Anophelini
1.
Yang mempengaruhi aktivitas adalah kelembabab udara dan
suhu
2.
Night Bitters
3.
Jarak terbang 0,5 – 3 Km, dipengaruhi transportasi dan
kencangnya angin
4.
Umur nyamuk dewasa di alam bebas belum diketahui,
sedangkan di lab. 3 – 5 Minggu.
Epidemiologi
Anophelini
Penentuan
vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozit malaria di kelanjar liur
Anophelini yang hidup di alam bebas, melalui pembedahan nyamuk itu
Faktor
yang perlu diketahui dalam penentuan vektor di daerah endemik :
1.
Kebiasaan nyamuk
menghisap darah manusia
2.
Lama hidup
nyamuk betina dewasa lebih dari 10 hari
3.
Nyamuk dengan
kepadatan yang tinggi dan mendominasi spesies lain yang ditemukan
4.
Hasil infeksi
percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan mengembangkan plasmodium
menjadi stadium sporozit.
5.
Prevalensi kasus
malaria tiap daerah endemi berbeda-beda tergantung prilaku spesies yang jadi
vektor.
Cara pemberantasan malaria :
- Mengobati penderita malaria
- Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara Anophelini dengan manusia
- Menjadikan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan pemusnahan tampat perindukan dan penempatan kandang ternak antara tempat perindukan dan rumah.
2. KUTU
A. Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah
serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap
kulit tubuh.
B. Penyebab
Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan
serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak
badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu
badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan
memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan
kutu badan. Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia,
sedangkan kutu badan juga sering ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan
kulit.
Kutu kepala ditularkan melalui kontak
langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi
kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering
ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah
penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat
kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat.
Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan.
Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan,
ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
C. Morfologi dan
Siklus Hidup
Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan
memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala ovoid bersudut, abdomen terdiri dari
9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala tampak sepasang mata
sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang terdiri atas 5 ruas
dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah
bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir
sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk
berpegangan erat pada rambut.
Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat
kelamin berbentuk seperti huruf “V”. Sedangkan kutu rambut betina berukuran
3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V” terbalik. Pada ruas abdomen
terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan
genital di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah
telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut
dewasa, hanya bentuknya lebih kecil. Telur berwarna putih mempunyai oper culum
0,6-0,8 mm disebut “nits”. Bentuknya lonjong dan memiliki perekat, sehingga
dapat melekat erat pada rambut. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu
5-10 hari.
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan
metamorfosis tidak lengkap, yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur akan menetas
menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh induk kutu rambut.
Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi kutu
rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut
dewasa dapat hidup 27 hari lamanya.
D. Patogenesis
dan Gejala Klinis
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh
tusukan kutu rambut pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di
belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula merah
dan rasa gatal yang hebat.
E. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar
berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang
menempel di rambut.
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan
pada rambut badan, tetapi juga pada lipatan baju yang bersentuhan dengan kulit.
F. Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu
yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman.
Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen
atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada
anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang digunakan
piretrin.
Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan
iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan
kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas.
Malathion tersedia dalam bentuk lotion
0,5% dan 1% digunakan untuk kutu di kepala selain itu pula dapat digunakan anti
parasit lainnya seperti Ivermectin, Lindane, Isopropyl myristate , Spinosad.
Infestasi pada alis atau bulu mata sulit
untuk diobati; kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau
melemahkan kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi,
pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry
cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusi
3. LARVA LALAT
A. Penyebab
Miasis adalah infestasi larva lalat ke
dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau binatang vertebrat. Larva itu hidup
dari jaringan mati dan atau jaringan hidup, cairan badan atau makanan di dalam
usus hospes. Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, miasis dibagi menjadi :
1.
Miasis spesifik
( obligat ). Pada miasis ini larva hanya dapat hidup pada jaringan tubuh manusia
dan binatang. Telur diletakkan pada kulit utuh, luka, jaringan sakit atau
rambut hospes. Contoh : larva Callitroga macellaria, Chrysomyia bezziana.
2.
Miasis
semispesifik (fakultatif). Pada miasius ini larva lalt selain dapat hidup pada
bagian bisuk dan sayuran busuk, dapat hidup juga pada jaringan tubuh manusia,
misalnya : larva Wohlfahrtia magnifica.
3.
Miasis
aksidental. Pada miasis ini telur tidak diletakkan pada jaringan tubuh hospes,
tetapi pada makanan atau minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di usus
tumbuh menjadi larva. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.
Secara klinis miasis dibagi menjadi :
1.
Miasis kulit/
subkutis. Larva yang diletakkan pada kulit utuh atau luka mampu membuat
teerowongan yang berkelok-kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas. Contoh :
larva Chrysomyia bezziana.
2.
Miasis
nasofaring. Biasanya terjadi pada anak dan bayi, khususnya mereka yang
mengeluarkan secret dari hidungnya dan yang tidur tanpa kelambu. Larva mampu
menembus kulit dan menembus ulkus. Dari seorang dewasa pernah dikeluarkan 200
ekor larva lalat. Contoh : larva Chrysomyia bezziana dan larva Hypoderma
lineatum.
3.
Miasis
intestinal. Sebagian besar terjadi secara kebetulan karena menelan makanan yang
terkontaminasi telur atau larva lalat. Telur menetas menjadi larva di lambung
dan menyebabkan rasa mual, munta, diare dan spasme abdomen. Larva juga dapat
menimbulkan luka pada dinding usus. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila
casei.
4.
Miasis
urogenital . Beberapa spesies lalat pernah ditemukan dalam vagina dan urin.
Miasis ini dapat menyebabkan piuria, uretritis, dan sistitis. Contoh : larva
Musca domestica dan larva Chrysomyia bezziana.
5.
Miasis mata (
oftalmomiasis ). Larva dapat mengembara di jaringan dan bagian lain dari mata.
Contoh : Chrysomyia bezziana.
B. Morfologi dan
siklus hidup
Lalat termasuk dalam kelompok serangga
yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat
mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan
mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga
kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat
perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km
dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem
penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan
lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan
ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat.
Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk
menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran
cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih
peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat
mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak
terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari
musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4
tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan
menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang
menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah
larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab
menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya,
pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi
yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat
tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari
dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
C. Gejala klinis
Gejala klinis myasis sangat bervariasi
dan tidak spesifik tergantung pada bagian tubuh yang diinfestasi larva, yaitu
demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan
hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya infeksi
sekunder oleh bakteri. Penanganan myasis pada hewan cukup praktis dibandingkan
dengan manusia yang umumnya dilakukan dengan pembedahan (operasi) pada bagian
tubuh yang terserang.
D. Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan larva
lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh, lubang tubuh atau tinja dilanjutkan
dengan diagnosis spesies dengan cara melakukan identifikasi spirakel posterior
larva. Cara lain adalah dengan memelihara larva hingga menjadi lalat dewasa
lalu diidentifikasi.
E. Pengobatan
Tindakan medis yang akan dilakukan pada
kondisi myasis adalah membersihkan luka dari kotoran dan belatung. Kemudian
dilakukan kuretasi untuk membersihkan jaringan yang mati, baru kemudian dijahit
bila memungkinkan. Tentu terlebih dahulu diberikan antibiotika seperlunya untuk
menghentikan infeksi dan mempercepat kesembuhan. Apabila kerusakan hanya
tebatas pada jaringan otot, tingkat kesembuhannya cukup tinggi. Dalam waktu
kurang lebih seminggu setelah dilakukan tindakan medis biasanya luka sudah
sembuh. Namun apabila kerusakan mengenai organ tubuh yang lain, misalnya organ
dalam ( rongga dada atau rongga perut ), tingkat kesembuhannya tergantung pada
tingkat kerusakan organ tersebut. Apabila mengenai bola mata bisa menjadi buta.
Jika menyerang telinga bisa menjadi tuli
Pengobatan myasis dapat dilakukan dengan
cara perendaman (dipping) rutin dua kali seminggu dengan mencampur 6 liter
Ecoflee dengan 3 m3 air. Larutan ini dapat digunakan selama 1,5 tahun dan
dilaporkan cukup efektif untuk pengendalian penyakit myasis. Berbagai preparat
telah dicoba untuk mengobati ternak yang menderita myasis yaitu asuntol,
lezinon, rifcord 505 dan campuran kapur, bensin serta vaselin. Ramuan yang
dilaporkan cukup efektif untuk pengobatan myiasis di Makasar, yaitu campuran
dari 50 gr Iodium, 200 ml alkohol 75% dan 5 ml Ecoflee yang selanjutnya
ditambah air hingga 1 liter. Ramuan ini langsung dioleskan pada luka yang
mengandung larva sehingga larva keluar dan luka menjadi mengecil. Pengobatan
ini dilakukan dua kali dalam seminggu (Mahmud, 2008). Sedangkan yang pengobatan
yang diterapkan di BPTU Indrapuri adalah dengan membersihkan luka, selanjutnya
dilakukan pemberian antibiotik Penstrep dan atau Vet-Oxy, dan disemprot dengan
Gusanex dan atau Limoxsin spray.
Miasis pada mayat
Setelah meninggal dunia , tubuh manusia
akan mengalami pembusukan sehingga mengeluarkan bau busuk. Bau busuk tersebut
menarik berbagai spesies serangga terutama lalat untuk hinggap dan berkembang
biakpada mayat. Bila siklus hidupnya diketahuimaka infestasi serangga pada
mayat dapat digunakan untuk memprakirakan saat kematian.
Untuk memprakirakan saat kematian, telur
dan larva diambil dari satu tempat saja. Sebagian larva diawetkan dalam asetil
alcohol dan sebagian dipelihara sehingga menjadi lalat dewasa. Identifikasi
spesies lalat dilakukan dengan membuat sediaan spirakel posterior larva lalat
dan atau mengidentifikasi lalat dewasa berdasarkan kunci identifikasi.
Sebagian contoh, pada mayat ditemukan
larva Chrysomyia megacephala stadium III. Stadium tersebut menunjukan bahwa
larva lalat telah berumur 6 hari, berarti mayat tersebut minimal telah mati
selama 6 hari.
2.5.
PENGENDALIAN VEKTOR
Dalam buku Parasitologi kedokteran karya
Arjatmo Tjokronegoro dikemukakan bahwa tujuan pengendalian vektor adalah :
- Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah – rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit.
- Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia.
Pengendalian vektor dapat digolongkan
dalam pengendalian alami (Natural control ) dan pengendalian buatan ( Artifical
applied control )
- Pengendalian Secara Alami.
Pengendalian ini yaitu berhubungan
dengan faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan manusia. Faktor –
faktor tersebut diantaranya adalah topografi, ketinggian, iklim, dan musuh
alami.
- Pengendalian Secara Buatan.
Cara pengendalian ini adalah cara
pengendalian yang dilakukan atas usaha manusia dan dapat dibagi menjadi :
- Pengendalian Lingkungan ( Environment Control )
Pengendaliandilakukan dengan cara
mengelola lingkungan ( environment management ) yaitu memodifikasi atau
memanipulaasi lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok (
kurang baik ) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor.
- Pengendalian Kimiawi
Pengendalian ini menggunakan bahan kimia
yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida ) atau hanya untuk menghalau
serangga.
- Pengendalian Mekanik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara
menggunakn alat Yang langsung dapat
membunuh, menangkap atau menghalau serangga. Contohnya seperti menggunakan baju
pelindung, memasak kawat kasa dijendela merupakan cara untuk menghindarkan
hubungan ( kontak ) antara manusia dan vektor.
- Pengendalian Fisik
Pengendalian ini menggunakan alat fisika
untuk pemanasan, pembukuan dan penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin,
penyinaran cahaya yang dapat membunuh atau untuk menggangu kehidupan serangga.
- Pengendalian Biologi
Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit
sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang
menjadi vektor atau hospes perantara. Beberapa parasit dari golongan nematoda,
bakteri , protozoa, jamur dan virus dapat dipakai sebagai pengendali larva
nyamuk. Arthropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewaasa.
Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendali larva nyamuk terdiri dari
beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih besar, juga larva capung
dan crustaceae.
- Pengendalian Genetika
Pengendalian tujuan mengganti populasi
serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang tidak merugikan. Beberapa
cara dalam pengendalian ini seperti mengubah kemampuan reproduksi dengan jalan
memandulkan serangga jantan. Pemandulan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia.
2.6. INSEKTISIDA
Insektisida adalah bahan yang mengandung
persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.
Menurut bentuknya insektisida dapat
berupa bahan padat, larutan dan gas, sedangkan menurut cara masuknya ke dalam
serangga, insektisida dibagi dalam :
- Racun Kontak.
Insektisida masuk kedalam tubuh serangga
dengan perantara tarsus ( jari- jari kaki ) pada waktu istirahat dipermukaan
yang mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas
serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.
- Racun Perut.
Insektisida masuk kedalam badan serangga
melalui mulut, jadi harus dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan
menggunakan insektisida ini mempunyai bentuk bentuk mulut untuk menggigit,
lekat isap, karet isap dan bentuk menghisap.
- Racun Pernafasan.
Insektisida masuk melalui sistem
pernafasan dan juga melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat
digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan
bentuk mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati- hati sekali terutama
bila digunakan untuk memberantas serangga di ruang tertutup.
Berikut beberapa Jenis jenis Insektisida
- Fenitrotion 40 wp.
Digunakan untuk pengendalian vektor
malaria ( Anopheles sp ), Bersifat sedikit menguap, penggunaanya dengan
penyemprotan residu di dinding rumah.
- Temofos.
Digunakan untuk pengendalian larva Aedes
Aegypti., nama dagangnya abate 1%. Penggunaannya dengan cara ditaburkan pada
tempat penampungan air atau bak mandi.
- Malation.
Digunakan untuk memberantas Nyamuk
dewasa, Penggunaanya dengan cara penyemprotan, Biasanya digunakan untuk
fogging.
- Dieldrin.
Digunakan sebagai residual spray bersama-sama
dengan DDT dan BHC untuk pemberantasan nyamuk malaria, jika dalam penggunaanya
kurang hati-hati dapat mengakibatkan terjadinya absorbsi melalui kulit,
Dieldrin digunakan untuk pemberantasan serangga yang telah resisten terhadap
DDT, yaitri lalat, nyamuk, lipas, semut dan juga triatoma.
- Bediocarp.
Tergolong insektisida yang mempunyai
efek bunuh yang cepat terhadap serangga, digunakan terutama untuk pengendalian
vektor malaria dan vektor penyakit Chages. Dapat pula digunakan untuk
penggendalian serangga lain seperti lalat, pinjal, sengkenit, lipas dan kutu
busuk.
BAB III
PENUTUP
- 1 KESIMPULAN
Entomologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang serangg. Akan tetapi, arti ini sering diperluas untuk mencakup ilmu
yang mempelajari arthropoda ( hewan beruas – ruas ), serta iuwing dan
kerabatnya ( Millepoda dan centipoda )
Istilah Entomologi berasal dari dua
perkataan latin yaitu entomon yang berarti serangga dan logos yang artinya ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya,
Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas,yaitu:
1. Kelas Crustacea (golongan udang).
Crustacea adalah hewan akuatik (air)
yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata Crustacea berasal dari
bahasabahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang
yang keras.
2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan
laba-laba).
Anggota Arachnida meliputi kalajengking,
laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang
merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus
predator. Tempat hidupnya adalah di darat.
3. Kelas Myriapoda (golongan luwing).
Myriapoda adalah gabungan dari kelas
Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dans etiap ruas mempunyai satu
pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala
dan abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat
di darat terutama tempat yang banyak mengandung.
4. Kelas Insecta (serangga)
Insecta sering disebut serangga atau
heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos
berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta
lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.
Menurut ukuran besarnya peran dalam ilmu
kedokteran serangga dapat dibagi dalam golongan :
- 1.Yang menularkan penyakit ( vector dan hospes perantara )
- 2.Yang menyebabkan penyakit ( parasit )
- 3.Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan
- 4.Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan.
- 5.Yang menimbulkan entomofobia ( perasaan takut terhadap serangga, rasa takut disebabkan oleh bentuknya atau karena gerakannya )
- (Parasitilogi Kedokteran : 1998 )
3.2
SARAN
Penulis menyarankan, agar bagi seorang
perawat harus mengetahui dan memahami tentang entomologi kesehatan. Makalah ini
juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bacaan.
Disamping itu penulis sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo dan Utama, Hendra. 1998.
Parasitologi Kedokteran. JAKARTA : FKUI.
Iskandar Adang dkk. 1985. Pemberantasan serangga dan
Binatang pengganggu. JAKARTA: APK-TS.
, 2008, Entomologi. http://id.wikipedia. Org/
wiki/Entomologi. Diambil pada tanggal
desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar